Strategi Investasi Saham Ala Warren Buffet


Di artikel sebelumnya Anda sudah mengetahui bagaimana Warren Buffet berhasil menjadi orang terkaya sedunia melalui investasi saham. Mungkin Anda tergerak mengikuti jejak sang investor sejati. Sebenarnya cara yang dilakukan Warren Buffet tersebut sangat sederhana, tidak rumit tapi membutuhkan mental dan kesabaran ekstra. Pertanyaannya, bagaimana cara ia melakukannya? Berikut ini adalah beberapa strategi yang dapat Anda lakukan bila ingin mengikuti jejak sang maestro Warren Buffet.

Intinya strategi investasi yang digunakan Warren Buffet sebenarnya sangat sederhana. Caranya Anda membeli saham perusahaan yang Anda anggap memiliki prospek. Tidak peduli saham itu nilainya turun, indeks anjlok, selama Anda yakin pada prospek perusahaan tersebut, saham itu Anda kempit terus sampai tua, bahkan kalau perlu bisa menjadi warisan untuk anak cucu. Warren Buffet cenderung mencari perusahaan yang bisa memberikan keuntungan di saat pasar saham bullish atau bearish. Atau lebih Karena itu portofolio banyak 

Setelah membeli saham, dan yakin pada prospek perusahaan tersebut, Warren Buffet tidak tergesa menjual saham tersebut. Ia menahannya sebagai investasi jangka panjang. Sebagai contoh iaa membeli saham Coca-Cola dan tidak pernah menjualnya, walau saham Coca-Cola sempat jatuh pada tahun 1998-1999, ia tetap melihat pada tren jangka panjang dan tetap mempertahankan saham Coca-Cola hingga saat ini. 

Dia tak ingin dipusingkan oleh fluktuasi saham yang tiap hari terjadi di pasar saham. Warren Buffet fokus untuk membeli saham perusahaan yang punya potensi untuk berkembang, tetapi masih berharga murah untuk dibeli. Dengan demikian, langkah investasi Buffet sangat berbeda dari para spekulan atau trader. Seorang spekulan saham biasanya membeli saat harga rendah, berharap dan menunggu, lalu jual kembali saat harga tinggi. Spekulan saham lebih fokus bermain untuk jangka pendek dan mendapatkan keuntungan berupa selisih dari harga jual dikurangi harga beli. 

Keputusan Buffet melakukan investasi didasarkan pada nilai fundamental perusahaan, dalam arti dapur perusahaan itu masih mengepul dengan baik, tidak pada kenaikan harga saham yang didongkrak alias “digoreng”. Warren Buffett tidak pusing dengan tabel, rumus grafis dan Analisis Teknikal. Hal yang lebih dianalisanya adalah fundamental perusahaan tersebut. Buku favoritnya ialah The Intelligent Investor karya Ben Graham, gurunya. Menurut Graham, berinvestasi adalah berkenaan dengan bagaimana memahami gambaran besar, dan bukan terpaku pada detail-detail teknis. Warren Buffett memegang saham (melakukan investasi) dalam jangka panjang dan tidak melakukan transaksi jual beli saham dalam jangka pendek. 

Selain itu, Warren Buffett hanya mau berinvestasi pada perusahaan yang bisnis atau produknya ia kenal dengan baik. Warren Buffet tidak pernah menggunakan prinsip “membeli saham” tetapi “membeli bisnis” (buying a business not share). Dengan demikian mindsetnya adalah investasi, bukan spekulasi. Trader menganggap saham sebagai barang dagangan, sedangkan investor sejati menganggap saham sebagai bisnis. Karena prinsip itu pula Buffet tidak pernah mau membeli saham Microsoft atau perusahaan dotcom. Saat terjadi eforia perusahaan dotcom, Buffet tidak bergeming, sehingga ia pernah ditertawakan investor lain karena ia tidak mau membeli saham dotcom seperti yang lainnya. Sekarang justru ia yang tertawa paling akhir karena ternyata sebagian besar investasi di dotcom tersebut hangus. Ia selamat dari badai dotcom awal tahun 2.000-an karena ia tidak mengenal bisnis dotcom dan oleh karenanya tidak berinvestasi di sana.

Warren Buffet biasanya hanya membeli saham perusahaan yang memiliki keunggulan tertentu (competitive advantage). Buffet cenderung menghindari perusahaan yang produknya tidak bisa dibedakan dengan kompetitor lain. Karena itu portofolio Buffet terdiri saham-saham yang produknya menancap kuat di benak konsumen seperti Coca Cola, Anheuser-Busch, WellFargo dan Kraft Food. Alasan itu pulalah yang membuat Buffet menghindari saham-saham komoditas, karena memang produk komoditas di mana-mana sama saja. 

Terakhir, Warren Buffet berusaha mencari saham yang harganya terbilang murah dibandingkan dengan potensinya. Buffet akan mencari saham yang undervalued dan berusaha membeli di harga yang cukup terdiskon. Untuk memeriksa apakah saham berharga murah atau mahal, investor harus menentukan nilai intrinsik perusahaan dengan menganalisis sejumlah fundamental bisnis, termasuk pendapatan, pendapatan dan aset, termasuk nilai dari sebuah nama merek.

http://www.juruscuan.com/investasi/98-strategi-investasi-saham-ala-warren-buffet

Tidak ada komentar:

Posting Komentar